Sabtu, 14 Januari 2023

Prosepek PV dan Kajian Techno Ekonomi di Indonesia

Prospek PV atau Panel Surya di Indonesia


Solar cell adalah sebuah alat yang mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan photovoltaic effect. Contohnya seperti yang ada pada kalkulator dan satelit. Photovoltaic ini merupakan salah teknologi energi terbarukan. Maka dari itu banyak negara-negara maju memanfaatkan teknologi ini sebagai sebuah pembangkit listrik. 

Baca Juga : Pengaruh Penggunaan Baterai Pada Sistem PV On Grid

Negara-negara seperti cina, jerman, jepang, dan USA sudah menerapkan teknologi ini. Di sisi lain, potensi matahari Indonesia tidak kalah dari negara-negara tersebut. Bahkan, menurut Balai besar teknologi konversi energi, Indonesia memiliki potensi tenaga surya 10 kali lipat daripada Jerman.

Penerapan PLTS rooftop di Indonesia

Ada beberapa cara untuk menerapkan teknologi PLTS ini. Salah satu caranya adalah dengan PLTS rooftop, yaitu dengan memanfaatkan atap bangunan untuk menempatkan solar panel. Sistem PLTS Rooftop adalah sistem PV yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem PV yang dipasang di tanah. Listrik yang dihasilkan dari sistem tersebut dapat seluruhnya dimasukkan ke dalam jaringan yang diatur dengan Feed-in-Tarif (Fit), atau digunakan untuk konsumsi sendiri dengan pengukuran net metering. 

Melalui sistem net metering tersebut, produksi listrik oleh pelanggan akan mengimbangi energi listrik dari sistem jaringan (PLN). Indonesia yang memiliki energi surya dengan insolasi matahari rata-rata 4,8 kWh/m2/hari, memiliki potensi yang besar untuk penerapan PLTS. Potensi ini setara dengan kapasitas PLTS sebesar 112.000 GWp. Oleh karena itu, penerapan PLTS Rooftop sangat sesuai jika diaplikasikan di Indonesia dengan potensi yang ada tersebut.

(Sumber : Handbook for Rooftop Solar Development in Asia)

Selain karena alasan insolasi matahari, jumlah bangunan yang ada di Indonesia juga tergolong banyak. Seperti gedung-gedung perkantoran, pabrik, sekolah, rumah sakit, serta gedung-gedung umum lain cocok untuk menggunakan PLTS rooftop ini. Hal ini dikarenakan gedung-gedung tersebut mayoritas menggunakan banyak listrik pada siang hari. 

Sistem Grid yang Cocok untuk PLTS sesuai dengan Penerapannya

Amanya sinar matahari yang dapat menghasilkan energi listrik maksimum di wilayah Indonesia berkisar antara 4 sampai 5.5 jam sehari yaitu berkisar dari pukul 9.30 pagi sampai pukul 2 siang. Ini menunjukkan bahwa ada porsi konsumsi industri pada siang hari yang dapat disuplai dari PLTS Atap. Sistem yang cocok digunakan adalah on grid, apalagi untuk kepentingan industri atau pada rumah sakit, akan cukup berisiko jika hanya mengandalkan dari sumber surya saja. Hal ini dikarenakan kebutuhan listrik yang besar pada industri serta teknologi yang ada sekarang dirasa belum memenuhi jika PLTS dituntut untuk mensuplai kebutuhan yang besar dan stabil. 

Sedangkan untuk perumahan atau gedung-gedung yang tidak membutuhkan daya yang besar, sistem off grid layak untuk diterapkan. Meskipun belum siap untuk menjadi suplai utama, tetapi pemasangan PLTS Atap di sektor industri dapat memberikan keuntungan finansial jangka panjang, mengingat kecendrungan tarif listrik PLN yang terus meningkat, sedangkan biaya energi (Rp/kWh) dari PLTS semakin murah. 

Tantangan Pembangunan PLTS di Indonesia

Biaya pembangunan sistem PLTS Atap (Rp/kW) untuk skala besar dapat lebih rendah 35% daripada skala kecil. Dari tahun ke tahun biaya investasi PLTS mengalami penurunan yang signifikan yaitu berkisar antara 18% sampai 22%, yang berarti bahwa biaya panel surya tahun ini mengalami penurunan harga sebesar 18% – 22% dari tahun sebelumnya.

(Sumber : FiveminutesguideforRooftop Solar PV, ARUP)

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan kenapa PLTS ini belum begitu berkembang di Indonesia. Pertama adalah investasi yang besar. Hal ini menyebabkan pemasangan PLTS rooftop hanya terbatas bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas. Sehingga PLTS rooftop ini baru bisa diterapkan oleh industri yang notabenya memiliki modal dan infrastruktur yang mumpuni. Namun, pemerintah dalam hal ini juga harus berani untuk berinvestasi dalam pembangunan PLTS rooftop. 

Kedua adalah belum adanya industri sel surya di Indonesia. Mungkin kita bisa membeli produk asing, akan tetapi jika bisa memakai produk dalam negeri tentu saja akan mengurangi biaya investasi. 

Ketiga adalah kurang stabilnya jaringan di luar sumatera dan jawa-bali. Sinar matahari yang bersifat fluktuatif menyebabkan keluaran energi listrik yang dihasilkan PLTS Rooftop bersifat tidak menentu. Kondisi ini akan mengganggu jaringan listrik PLN, terlebih pada jaringan listrik PLN di luar jaringan listrik Jawa-Bali dan Sumatera. Sedangkan sistem Jawa-Bali dan Sumatera sudah memiliki jaringan yang cukup stabil sehingga cukup aman dalam menerima penetrasi PLTS.

Meskipun demikian, tetap saja PLTS rooftop ini akan menjadi prospek energi terbarukan yang menjanjikan. Serta dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat, niscaya beberapa masalah yang menghambat PLTS rooftop ini akan terselesaikan.

Share:

0 comments:

Posting Komentar

sumberdipercaya.com